Kamis, 03 Desember 2015

Artikel Wisata Madura - Keraton Sumenep



KERATON SUMENEP
Jika anda sedang berlibur ke kota Madura maka anda bisa mencoba untuk mampir ke Museum Keraton Sumenep ini, dan disini anda bisa mempelajari semua sejarah tentang kebudayaan yang ada di Madura.Museum Keraton Sumenep ini adalah salah satu tempat wajib yang harus anda kunjungi jika sedang berlibur ke Madura.
Kraton Sumenep, merupakan warisan budaya Sumenep dari masa lampau, yang masih ada hingga saat ini dan telah berkembang menjadi sebuah Museum yang bisa bebas dikunjungi. Layaknya Museum, bekas bangunan Kraton ini menyimpan berbagai hal yang berhubungan dengan kejayaan Kraton di masa lampau.
Museum Sumenep terbagi menjadi tiga bagian Museum. Bagian pertama atau Museum I yang disebut Museum Kencana Kraton. Museum ini menyimpan dua buah kereta kencana raja dan barang antik koleksi kerajaan berupa kursi pertemuan dan tempat tidur raja. Dulunya bangunan ini digunakan sebagai garasi kereta Sultan Abdurrahman yang berkuasa pada tahun 1811-1854. Disebutkan bahwa, salah satu kereta kencana yang ada merupakan hadiah dari Ratu Kerajaan Inggris, sementara yang lainnya merupakan buatan lokal. Selain itu di dalam museum kencana ini disimpan juga ukiran yang melambangkan perdamaian dan kerjasama yang seimbang antara masyarakat Madura di Kraton Sumenep dengan pihak Eropa, Cina dan Arab.
Museum II, dahulu merupakan kantor raja yang biasa disebut kantor ‘Koneng’. Kata Koneng, dalam logat Madura mengandung arti Kuning. Hal ini juga mendukung dua fakta yang ada, bahwa dinding kantor Raja ini memang berwarna kuning dan ‘Koneng’ juga mengindisikasikan kulit para anggota keluarga Keraton yang kuning langsat. Rakyat menyebut para putri raja di Sumenep sebagai ‘putri koneng’, yang artinya ‘putri raja’ sekaligus juga berarti ‘putri berwarna kulit kuning’.

Bangunan pada Museum II didesain oleh arsitek dari Cina ini dibangun pada masa ketika Bindara Saod memerintah sebagai raja, tepatnya tahun 1762. Di dalam Museum II tersimpan berbagai macam koleksi berupa barang pribadi dan perlengkapan sehari-hari keluarga kerajaan, seperti, pakaian kebesaran raja, senjata-senjata baik tradisional maupun pemberian dari para tamu asing.
Di dalam museum II terpajang beberapa foto-foto lama yang menggambarkan adat tradisi lama, seperti pernikahan dan syukuran. Dan diantara koleksi foto ini tampak masa-masa masuknya budaya dari Solo yaitu ketika salah satu putri Sultan Abdurrahman,menikah dengan mengenakan pakaian khas Kraton Surakarta. Salah satu istri Sultan Abdurrahman sendiri merupakan putri dari Kraton Surakarta. Beberapa arca juga tersimpan di museum ini, menandakan adanya pengaruh budaya Hindu di budaya rakyat Sumenep.
Pada Museum III, dahulunya merupakan gedung tempat meditasi raja. Di dalam museum ini tersimpan Al Quran hasil tulisan tangan dari Sultan Abdurrahman yang menurut sejarah diselesaikan hanya dalam satu hari. Tersimpan juga beberapa ikat daun lontar kering yang di dalamnya terdapat tulisan tangan oleh Sultan Abdurrahman. Isinya berupa ajaran-ajaran Islam dan tradisional rakyat Sumenep dalam huruf-huruf Jawa.

Pada bangunan utama Keraton, terdapat Pendapa Agung yang dulunya merupakan ruangan pusat kegiatan raja. Pada saat ini Pendapa Agung sering digunakan sebagai tempat diselenggarakannya acara kedinasan kabupaten seperti menyambut tamu penting dan serah terima jabatan pemerintahan. Kraton Sumenep yang dahulunya merupakan tempat tinggal raja tidak dibuka untuk umum. Di dalamnya terdapat kamar tidur raja, kamar tidur permaisuri, juga kamar tidur mertua raja. Sekarang ruang-ruang tersebut masih terawat dengan baik dan bahkan sengaja ditata seolah masih dipergunakan oleh keluarga kerajaan.
Bangunan lain yang juga termasuk bagian dari kawasan Kraton Sumenep adalah Taman Sare dan Labang Mesem. Taman Sare merupakan tempat pemandian putri raja, sedangkan Labang Mesem merupakan pintu gerbang utama untuk memasuki kawasan kraton. Kata “Labang” berarti “lawang” atau pintu, sementara “mesem” berarti senyum. Pintu gerbang ini dinamakan demikian karena dahulu di kedua sisi pintu dijaga oleh orang-orang kerdil yang menyambut pada pendatang dengan ramah dan penuh senyum.
Menarik sekali bukan, dengan mengunjungi museum ini anda tidak hanya mendapatkan pengetahuan baru tentang sejarah madura, namun anda juga bisa melihat benda-benda antik yang sangat langka di museum yang satu ini.

Artikel Wisata Madura - Pantai Slopeng



Pesona Keindahan Pantai Slopeng Sumenep

Pantai Slopeng merupakan salah satu pantai yang mempesona yang ada di Kabupaten Sumenep. Memang bila kita mendengar nama Madura yang terbesit di pikiran kita adalah sebuah pulau yang panas, tandus, kering, sate, kerapan sapi, kondisi alamnya, dan lain sebagainya, namun di pulau ini tepatnya di Kabupaten Sumenep, Propinsi Jawa Timur memiliki sebuah pantai yang tak kalah indahnya dengan pantai-pantai yang ada di Indonesia. Selain terkenal dengan pantai Lombang, Sumenep juga dikenal dengan pantai Slopengnya sebagai wisata Indonesia yang sudah mendunia. Pantai ini terletak di Kecamatan Dasuk, sekitar 21 km dari pusat kota Sumenep atau berjarak sekitar 180an km dari kota Surabaya, atau dapat ditempuh dalam waktu sekitar 6 jam perjalanan melalui Jembatan Suramadu.
Pantai Slopeng menawarkan pesona pantai yang indah dan mempesona, hamparan pasir putihnya yang bersih menjadi daya tarik tersendiri bagi pantai ini. Pantai Slopeng memang tak kalah dengan pantai-pantai yang ada di tanah air, semisal pantai yang ada di Bali. Selain karena kebersihannya, hamparan pasir putih sepanjang kurang lebih 6 kilometer dengan volume pasir yang sangat melimpah, tak jarang pengunjung yang datang ke pantai ini menyebut dengan gunung pasir. Namun tak hanya pasir putihnya yang bersih, air laut pada pantai ini juga tampak jernih. Sama seperti pantai yang ada di Sumenep lainnya, Lombang, pantai slopeng juga memiliki pohon cemara udang yang rindang, namun tak sebanyak yang terdapat di Pantai Lombang.
Pantai Slopeng Tempat Bermain Pasir Bagi Anak – anak
Dengan pasir pantainya yang menggunung, bisa di pastikan putra-putri anda yang bermain di pantai ini akan betah dan berlama-lama untuk bermain pasir. Di tepian pantai, terdapat beberapa pohon yang menghiasi indahnya pantai, seperti pohon kelapa, pohon siwalan, dan juga pohon cemara udang yang menjadikan suasan pantai semakin teduh. Kebanyakan para pengunjung yang datang ke Pantai Slopeng ini menggelar tikar di bawah rindangya pohon sembari menikmati indahnya panorama pantai dengan air lautnya yang jernih berwarna biru kehijauan. Di sekitar pantai, telah berdiri beberapa warung makanan dan minuman yang menyediakan makanan khas madura, seperti sate, rujak, soto, es kelapa muda dan lain sebagainya.
Sebelum memasuki area pantai ini, terdapat sebuah area bermain untuk anak-anak dengan aneka jenis permainan, seperti ayunan, seluncuran, dan terdapat pula sebuah joglo yang biasanya dijadikan tempat untuk pertunjukan kesenian pada hari-hari tertentu. Memang pantai ini tak seramai pantai Lombang atau pantai di Bali, mengingat lokasi pantai ini yang jauh dari pusat kota dan kurangnya promosi untuk pantai ini. namun karena sepinya pengunjung inilah, menjadikan pantai ini tampak lebih bersih dan asri. Untukmasuk ke Pantai Slopeng ini, pengunjung tidak akan dikenai tiket masuk pada hari biasa, namun apabila memasuki hari libur panjang, terutama libur lebaran, pengunjung akan dikenai tiket mulai dari Rp. 5.000/orang.

Artikel Wisata Madura - Pantai Lombang



 Pantai Lombang
Pantai Lombang, namanya, mulai dikenal publik di era 1980-an. Pantai ini memiliki pasir putih, hutan cemara udang, dan keindahan pantai pasirnya yang landai. Pantai ini terletak di Kecamatan Batang-batang, Sumenep, Madura, tempat ini sering didatangi wisatawan yang tak hanya dari dalam negeri. Turis asal Jerman, Amerika Serikat (AS), Belanda, Korea, Jepang, Cina, dan negara lainnya, pun pernah bermalam di Pantai Lombang. Mereka bersedia tidur di bangunan terbuat dari bambu dan beratapkan rumbia. Dengan senang hati mereka menikmati keindahan pantai di malam hari dengan alat penerang obor dan lampu teplok.
Pada dekade 1970-an, Pantai Lombang merupakan tempat yang sangat alami. Rimbun pohon cemara yang menurut cerita berasal dari negeri Cina itu tampak tambah tahun makin diminati oleh masyarakat, khususnya masyarakat Sumenep sekedar membuang waktu pada saat-saat libu.
Konon, jaman dulu Pantai Lombang tak seindah seperti sekarang ini. Pada suatu ketika datanglah puluhan bahkan ratusan kayu-kayu yang dibawah arus dari tengah laut. Dan potongan kayu-kayu lalu terdampar di pinggir pantai. Uniknya, kayu-kayu tersebut tumbuh menjadi bibit pohon cemara dan akhirnya merimbun demikian lebatnya di sepanjang pantai.
Potongan kayu-kayu itu, konon kata cerita, lantara terjadi musibah perahu yang mengangkut potongan kayu dari atau ke Negeri Cina, dan kemudian hamburan potongan kayu tersebut terbawa arus dan menepi di pantai Lombang.
Namun disayangkan, rimbunan pohon cemara tersebut, makin lama makin berkurang, lantaran ketika terjadi booming bonsai sekitar tahun 80-90an, banyak pihak, khususnya masyarakat sekitar mulai menggali pohon-pohon yang kemudian dijadikan bonsai dan pepohonan taman sebagai nilai tambahan ekonomi.
Struktur pohon cemara memang sangat bagus dan indah, terutama pada akar-akarnya yang cenderung menghampar dan tampak sangat kukuh. Sehingga bila pohon cemata diletakkan di pot yang lebar dan datar, terasa sekali kesan ketuaan pada batang pohon cemara tersebut.
Demikian pula karakter kulit kayunya yang berwarna coklat tua dan bergaris-garis serta daunynya yang memanjang dan halus, sangat terasa nilai keindahan tersebut. Namun untuk pohon yang ukuran tanggung yang biasa dimanfaat sebagai  hiasan pohon di taman, demikian indahnya bila daun-daunnya dibentuk sedemikian rupa serta rantang yang bercang-cabang akan tampak seperti miniatur pohon besar di tengah padang.
Pantai Lombang dikenal dari mulut ke mulut, ketika banyak wisatawan dari luar dan lokalberkunjung untuk menikmati keindahannya. Saat itu Lombang masih perawan, pemerintah setempat belum menyentuhnya, baru kemudian ketika sudah ramai dikunjungi baru dijadilah wilayah obyek wisana dengan dibangunnya beberapa fasilitas.
Meski demikian ternyata tidak menyelesaikan perawatan pohon yang menghijau itu, karena ditengarai lahan pesisir tersebut adalah milik warga. Terjadilah tarik ulur tentang hak-hak garap wisata pantai tersebut.
Dengan kondisi seperti itu, wisatawan yang akan mengunjungi pantai tersebut harus berjalan kaki untuk mencapai pantai, karena pohon cemara masih malang melintang sepanjang kurang lebih satu kilometer di gugusan gunung pasirnya. Selain menikmati pantai, para wisatawan juga tertarik pada keaslian pohon cemara udang (Casuarinab equesetifolia).
Banyak yang memesan pohon cemara ini untuk dibawa pulang. Akhirnya cemara udang menjadi komoditas bisnis yang tak terelakkan. Ribuan pohon cemara udang disetek dan dibawa ke beberapa kota besar dalam jumlah ratusan truk.
Akibatnya, ribuan pohon cemara udang besar, yang masih asli, ikut juga terangkut ke luar Madura. Pengangkutan cemara udang dalam skala besar sudah berlangsung lama, sehingga yang tersisa kini hanyalah pohon generasi ketiga.

Bonsai Cemara Udang
Bagi seniman Sumenep, pantai Lombang merupakan sumber inspiratif dalam segala aktifitas seni. Mereka memanfaat pantai yang teduh itu bukan sekedar tempat berleha-leha, tapi juga tempat dimana mereka bisa membangun kekuatan imajinasi dalam bentuk karya seni, baik dalam bentuk karya sastra, seni rupa dan lainnya, bahkan kerap dijadikan tempat latihan para kelompok teater.
Dibanding dengan Pantai Kuta, Bali, yang kesohor ke mancanegera. Namun, jika dibandingkan dengan Pantai Lombang, banyak pihak memuji Lombang. Sebab keistimewaan Lombang, memiliki garis bentang pantai yang panjang dan mencapai sekitar 20 kilometer, sehingga membuat wisatawan bisa memilih tempat bersantai dengan leluasa.
Ombaknya yang relatif kecil dan lautnya yang tidak terlalu dalam sampai radius satu kilometer, dan pasirnya demikian halus,  bersih putih mengkilat membuat wisatawan berani menceburkan diri. Pantai ini juga sangat bersih dari sampah laut dan kehadiran warga setempat, karena jauh dari perkampungan asli warga Lombang.
Pantai Lombang akan rusak dan ditinggalkan wisatawan bila tanpa perhatian serius dari Pemerintah. Sebab, sejumlah pantai di luar Madura, kini telah gencar menanam cemara udang. Misalnya Pantai Parangtritis di Yogyakarta dan Pantai Pangandaran di Jawa Barat, sudah berhasil menghijaukan pantainya dengan cemara udang asal Pantai Lombang. Pohon cemara udang selama ini menjadi ciri khas Pantai Lombang. (Syaf Anton Wr / Lontar Madura.